Mengupas Passion untuk Mewujudkan Mimpi



Sebenarnya sudah lama saya ingin membaca buku Ken Robinson yang judul aslinya The Element: How Finding Your Passion Change Everything (Penguin Books, 2011). Namun saya baru menemukan buku yang diterjemahkan tahun 2015 oleh penerbit Kaifa ini di gudang buku Mizan Oktober kemarin.

Buku Do it with Passion membahas apa?

Tentang segala hal mengenai passion. Mengenai bakat alami dan minat kita. Robinson menyebutnya sebagai Elemen. 

“Berada di Elemen membuat mereka merasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang luar biasa. Mereka terhubung dengan sesuatu yang fundamental bagi identitas, tujuan, dan eksistensi mereka.” (hal 47)

Buku ini membahas bagaimana sejumlah orang menemukan elemen mereka, bagaimana mereka menempanya, hingga bagaimana mereka mengatasi rintangan. 

Ken Robinson meriset banyak sekali orang-orang terkenal seperti kreator The Simpson Matt Groening, Einstein,  Fisikawan Richard Feynman, Presiden Abraham Lincoln, penulis Paulo Coelho, Meg Ryan, Arsitek Zaha Hadid, pentolan grup band The Beatles Paul Mc Cartney dan George Harrison, serta masih banyak lagi. 

Unik sekali pengalaman orang-orang ini menemukan elemen mereka dan menempa elemen tersebut dalam berbagai kondisi.



Beberapa hal yang saya pelajari dari buku Do it with Passion?

Ada beberapa poin menarik yang saya temukan dalam buku ini:

#1 Mengapa kita belum menemukan elemen?
Menurut Robinson, kita belum menemukan elemen karena kesalahan kita dalam memahami kekuatan diri, belum paham kalau pikiran, tubuh dan perasaan bekerja secara holistik, dan bahwa hidup ini tidaklah linear. Perjalanan menemukan elemen itu unik untuk setiap orang. Kita bisa baca kisah beberapa pesohor menemukan elemen mereka. 

#2 Elemen itu memiliki 2 karakter yaitu bakat dan gairah. Serta 2 syarat yaitu sikap dan kesempatan.
Aku memilikinya. Memiliki bakat yang membuat seseorang terasa mudah melakukan sesuatu.
Aku menyukainya. Memiliki gairah untuk melakukannya selama berjam-jam dalam sehari.
Aku menginginkannya. Optimis dan penuh semangat dalam mengerjakan sesuatu.
Dimana aku mencarinya. menemukan kesempatan yang tepat untuk mengasah elemen. 

#3 Pendidikan sering tidak membantu seseorang menemukan elemennya, bahkan malah merusak elemen. Tapi tidak dipungkiri bahwa banyak juga yang menemukan elemen dalam pendidikan mereka. Contohnya para ilmuwan. 

#4 Ciri pekerja kreatif adalah mereka mencintai media yang mereka gunakan. Musisi menyukai suara yang mereka hasilkan, penulis suka dengan kata-kata, penari suka gerakan, ahli matematika suka angka, guru suka mengajar, pengusaha menyukai kesepakatan. (hal 118)


#5 Salah kaprah soal kecerdasan dan kreativitas
Umumnya orang berpendapat bahwa kecerdasan dan kreativitas adalah 2 hal yang sangat berbeda. Kalau kita mungkin saja jadi orang cerdas yang tidak kreatif atau jadi orang kreatif yang kurang cerdas. 

Padahal sebenarnya kita tidak mungkin bisa kreatif tanpa bertindak cerdas. Bahwa bentuk tertinggi dari kecerdasan adalah berpikir kreatif. (hal 97)

#6 Walau berada di elemen, seseorang bisa frustasi, kecewa, dan ada masanya pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.

#7 Ada bedanya suku dan kelompok
Suku adalah tempat orang-orang bisa mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka, menjadi diri sendiri, dan menemukan mentor yang membantu mengarahkan mereka. 

Ini berbeda dengan kelompok yang malah membuat mereka tidak bisa jujur dengan kemampuan sendiri serta merasa terpaksa untuk mengikuti arus. Diperlukan keberanian untuk keluar dari kerumunan dan memiliki suku jika ingin menemukan elemen. 

“Kelompok bisa memberikan dukungan yang sangat kuat. Kekurangannya, kelompok cenderung memiliki pemikiran dan perilaku seragam. Padahal, inti Elemen adalah menemukan diri sendiri, dan kita tidak dapat melakukannya jika terus-menerus didesak untuk menyesuaikan diri. Anda tak bisa menjadi diri sendiri dalam kelompok.” (hal 232)

#8 Tidak ada kata terlambat untuk menemukan elemen
Penulis buku laris Susan Jeffers baru memulai karir menulis pada usia 40-an. Banyak yang contoh orang-orang yang memulai karir mereka di usia 50-an, 60, bahkan 70-an. 

#9 Bekerja di elemen tidak harus selalu karena uang.
Banyak orang yang bekerja dengan penuh dedikasi tinggi dan dilakukan secara profesional, tapi tidak dibayar dan dilakukan di sela-sela waktu utama mereka. 

Contohnya seperti kasus Room to Read yang digagas oleh John Wood sebagai petinggi Microsoft. Saat membuat perpustakaan untuk anak-anak ini, dilakukan John sebagai kegiatan part time.


Mengapa saya suka Buku Do it with Passion?

Saya sangat suka kisah-kisah para pesohor yang ditampilkan dalam buku ini. Tidak perlu saya buka satu demi satu biografi para pesohor untuk mengetahui bagaimana proses mereka memulai karir mereka.

Banyak kisah yang merupakan wawancara langsung Ken Robinson  dalam berbagai kesempatan. Beberapa orang memang kenal secara personal dengan Robinson.

“Banyak orang di buku ini yang tidak mengejar gairah mereka semata karena bayaran. Mereka mengejar gairah tersebut karena tidak dapat membayangkan mengerjakan hal lain. Mereka berusaha keras menguasai segala hal dalam profesi ini. Mereka tahu betul menyesuaikan bakat mereka di lingkungan yang baru.” (hal 45)

Siapa yang perlu baca buku Do it with Passion?

Menurut saya semua orang yang masih ragu dengan passionnya atau ingin tahu tantangan yang dilalui dalam menjalani passion perlu baca buku ini. 

Kita mungkin akan menemukan penggalan-penggalan kisah yang sama dengan kita dari para tokoh yang diceritakan dalam buku setebal 426 ini,

Data Buku

Judul: Do It With Passion
Penulis: Ken Robinson dan Lou Aronica
Penerbit: Kaifa, April 2015
Halaman: 426 hal, 13 x 20,5 cm




#ODOPNovemberChallenge
800 kata, 2 jam

0 Comentarios